Iklan adalah sesuatu
yang sangat dibutuhkan di setiap perusahaan. Entah itu perusahaan besar atau
kecil. Nah, perkembangan iklan dari zaman ke zaman pun juga saya perhatikan
perkembangannya sangat signifikan. Dulu iklan mungkin cuma menggunakan dialog
antar bintang iklannya untuk mempromosikan produk/jasa dari suatu perusahaan.
Di zaman yang sudah serba modern yang dimana tukang becak pun sekarang sudah
pake HP untuk medapatkan penumpang (sumpah ini keren). Iklan zaman sekarang
cenderung menggunakan visualisasi efek yang di buat lewat komputer. Dan memang
ini saya akui, bagus banget, saking bagusnya pun sampe ada yang kelihatan
berlebihan. Khususnya iklan-iklan di Indonesia (sumpah iki gak ngenyek, tapi
nyata). Contoh, iklan yang sangat berlebihan menggunakan visual efek, adalah
salah satu iklan wafer yang bentuknya panjang.
Gak usah disebutin ya. Itu ceritanya ada wafer jatuh di tengah kerumunan anak SMP, dan sangat rame banget kerumunannya. Terus orang orang pada melototin tuh wafer. Saya tekankan ya, iklan itu adalah salah satu pemberian harapan kepada konsumen. Setelah liat iklan wafer tersebut, setiap saya lewat tengah kerumunan anak SMP mesti mikir, ini apa habis ada wafer raksasa yang abis jatuh ya??? Dan saya pikir, apa motivaasi dari sang produser untuk membuat iklan seperti itu?? Wong ya wafernya gak gede” amat. Dimakan juga, biasa.
Gak usah disebutin ya. Itu ceritanya ada wafer jatuh di tengah kerumunan anak SMP, dan sangat rame banget kerumunannya. Terus orang orang pada melototin tuh wafer. Saya tekankan ya, iklan itu adalah salah satu pemberian harapan kepada konsumen. Setelah liat iklan wafer tersebut, setiap saya lewat tengah kerumunan anak SMP mesti mikir, ini apa habis ada wafer raksasa yang abis jatuh ya??? Dan saya pikir, apa motivaasi dari sang produser untuk membuat iklan seperti itu?? Wong ya wafernya gak gede” amat. Dimakan juga, biasa.
Memang, zaman teknologi
zaman sekarng sangat berpengaruh dalam pembuatan sebuah iklan di televisi.
Banyak juga iklan yang menggunakan artis” terkenal. Dan rata” artis di Indonesia
melejit ketenarannya lewat iklan, kenapa bias begitu?? Kenapa kok nggak lewat
sinetron?? Kenapa nggak lewat film layar
lebar?? Karena di Indonesia sendiri, durasi Iklan lebih lama dari pada
film atau acara di TV tersebut. Jadi setiap yang nonton acara TV mesti
pikirannya “healah kok iklan e wong iki terus seh??”. Oh ya, kenapa nggak layar
lebar? Ya karena orang Indonesia nggak begitu antusias dengan film layar lebar
. Omongannya tetep “Nunggu muncul di TV kan sama aja”. Nonton di bioskop itu
beda dengan nonton di rumah, kalo di bioskop full film. Kalo di rumah ada
bonusnya, iklan sejam film sejam, dan ada tulisannya bersambung. Nah, itulah,
iklan di Indonesia hampir sama durasinya kayak film, bahkan film pun ngalah
sama iklan.
Nggak mau kalah, radio
pun juga punya iklan iklan yang nggak kalah menarik. Kalo di radio, kita
palingan cuma mendengarkan beberapa orang ngomongin soal produknya perusahaan.
Tapi, kadang ada yang di omongin sama si penyiarnya, biasanya yang kayak gini
dari toko” yang masuk ke marketing radio untuk promosi. Dan, kembali lagi ke
iklan yang di pergakan oleh model (suaranya doang), rata” iklan yang ada di
radio yang meggunakan model percakapan ini emosional banget ngomongnya, meledak
ledak kayak tabung elpiji 3 kg. Jadi ngomong itu nggak bisa santai, “MBOOOKK….
INI HUJAAN” *sound effect bledek sama suara hujan turun*. Dan abis percakapan
rata” ada yang ngomong kayak semacam suranya yang itu” aja, dan kita nggak tau
mukanya. “Ya, pakailah produk obat mbah sangkil, dijamin, penyakit apapun pasti
sembuh, Buka praktek setiap hari kecuali Hari libur nasional dan hari
Minggu…..bla bla bla” (sumpah, saking iki blog, aku nggak bs meragain kalo
hanya lewat suratan ngene). Pokok e gitu. Dan saya herannya iklan di radio pun
nggak kalah anehnya dari iklan di TV. Salah satunya yang pernah saya dengarkan
yaitu iklan balsem. Lagi” saya nggak akan menyebutkan balsem apa, pokoknya
balsem. Balpirik. Oke, di iklan itu ada percakapan antara penjual rujak dan
pembelinya. Kira” beginilah gambaran dari iklan tersebut.
Saya heran ini sama si pembelinya, kenapa dia bisa
mendeskripsikan pedesnya rujak itu sama kayak panasnya balesem balpirik??
Semacam dia sudah mencoba rasanya balsem balpiriknya di rumahnya, terus ingin
membandingkannya dengan rujak pedes yang dia beli. Yaa lumayan laah, kalo
balsemnya abis kan bisa pake rujak. Dijamin besoknya pasti mati dirubung semut.
oke, untuk lanjutan tulisan ini saya lanjutin ntar" aja.... next time See you guys !! :)
Komentar
Posting Komentar